/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Senin, 24 Juni 2013

ASY-SYAJA’AH
Oleh
Ustad Agus Talik S.Ag
Asy-syaja’ah (keberanian) adalah salah satu ciri yang dimiliki orang yang
istiqamah di jalan Allah, selain ciri-ciri berupa al-ithmi’nan (ketenangan)
dan at-tafaul (optimisme).
Jadi orang yang istiqamah akan senantiasa berani, tenang dan optimis karena
yakin berada di jalan yang benar dan yakin pula akan dekatnya pertolongan Allah.
Namun memang tak mudah untuk menjadi orang yang
istiqamah atau teguh pendirian memegang nilai-nilai kebenaran dan senantiasa
berada di jalan Allah. Bahkan Rasulullah saw. mengatakan bahwa turunnya surat
Hud membuat beliau beruban karena di dalamnya ada ayat (QS. Huud [11]: 112) yang memerintahkan untuk beristiqamah,"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
(juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." Rasulullah saw. memahami benar makna istiqamah yang sesungguhnya sampai ketika Abu Sufyan
bertanya hal terpenting apa dalam Islam yang membuatnya tak perlu bertanya lagi,
beliau menjawab, "Berimanlah kepada Allah dan kemudian beristiqamahlah (terhadap
yang kau imani tersebut)."
Di kesempatan lain, Rasulullah saw. juga mengatakan tantangan buat orang
yang istiqamah memegang Islam di akhir zaman, begitu berat laksana menggenggam
bara api.
Keberanian untuk tetap istiqamah walau nyawa taruhannya nampak pada diri
orang-orang beriman di dalam surat Al-Buruuj (QS. 85) yang dimasukkan
ke dalam parit dan dibakar oleh as-habul ukhdud hanya karena mereka menyatakan
keimanannya kepada Allah Taala.
Begitu pula Asiah, istri Firaun dan Masyitah, pelayan Firaun, kedua-duanya
harus menebus keimanan mereka kepada Allah dengan nyawa mereka. Asiah di tiang
penyiksaannya dan Masyitah di kuali panas mendidih beserta seluruh keluarganya
karena mereka berdua tak sudi menuhankan Firaun.
Demikian sulitnya untuk mempertahankan keistiqamahan di jalan Allah, dan
demikian sulit pula untuk mewujudkan asy-syaja’ah sebagai salah satu aspeknya.
Secara manusiawi seseorang memang memiliki sifat khauf (takut)
sebagai lawan sifat asy-syaja’ah. Namun sifat khauf thabi’i (alamiah)
yang diadakan Allah di dalam diri manusia sebagai mekanisme pertahanan diri
seperti takut terbakar, tenggelam, terjatuh dimangsa binatang buas, harus berada
di bawah khauf syar’i yakni takut kepada Allah Taala. Hal tersebut secara
indah dan heroik terlihat gamblang pada kisah Nabi Musa a.s, Ibrahim a.s dan
Muhammad saw.
Rasa takut pada kemungkinan tenggelam ke laut merah teratasi oleh ketenangan,
optimisme dan keberanian Nabi Musa a.s yang senantiasa yakin Allah bersamanya
dan akan menunjukinya jalan. Dan benar saja Allah memberinya jalan keluar berupa
mukjizat berupa terbelahnya laut merah dengan pukulan tongkatnya sehingga bisa
dilalui oleh Nabi Musa dan pengikutnya. Kemudian laut itu menyatu kembali dan
menenggelamkan Firaun beserta tentaranya.
Kisah yang tak kalah mencengangkannya terlihat pada peristiwa pembakaran
Nabi Ibrahim a.s. Rasa takut thabi’i terhadap api dan terbakar olehnya teratasi
oleh rasa takut syar’i yakni takut kepada Allah saja. Dan subhanallah, pertolongan
Allah datang dengan perintah Nya kepada api agar menjadi dingin dan sejuk serta
menyelamatkan Nabi Ibrahim a.s.
Keberanian, ketawakalan dan kepasrahan pada Allah yang membuahkan pertolongan-Nya
juga terlihat pada saat Rasulullah Muhammad SAW bersama sahabat setianya Abu
Bakar Ash-Shidiq berada di gua Tsur untuk bersembunyi dalam rangka strategi
hijrah ke Yatsrib (Madinah).



Kaki-kaki musuh yang lalu lalang tidak menggetarkan Rasulullah dan ketika
Abu Bakar begitu mengkhawatirkan keselamatan Rasulullah SAW, beliau menenangkannya
dengan berkata, “Jangan takut, sesungguhnya Allah bersama kita” (QS
9: 40). Dan ternyata terbukti Allah Taala memberikan pertolongan melalui
makhluk-makhluk-Nya yang lain. Burung merpati yang secara kilat membuat sarang,
begitu pula laba-laba di mulut gua, membuat musyrikin Quraisy yang mengejar
yakin gua itu tak mungkin dilalui oleh manusia
MEMBACA AL-QUR’AN
Oleh
Ustad Agus Talik S.Ag

Assamualaikum Wr.Wb
Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupakan  sumber utama dan pertama ajaran Islam,menjadi  petunjuk kehidupan  umat manusia diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta. Didalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi prtunjuk,pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempercayainya serta mengamalkannya. Al-Qur’an  adalah kitab suci  yang terakhir diturunkan Allah SWT, yang isinya mencangkup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu setiap orang  yang mempercayai Al-Qur’an  akan bertambah cinta kepadanya,cinta untuk membacanya dan mengajarkannya sampai merata rahmatnya dirasai dan dikecap oleh penghuni alam semesta.
Setiap mukmin  yakin  bahwa membaca Al-Qur’an saja sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda,sebab yang dibacanya itu adalah kitab suci. Al-Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang yang beriman, baik dikala senang maupun dikala susah,dikala gembira ataupun dikala sedih. Malahan membaca Al-qur’an itu bukan saja menjadi amal dan ibadah tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya.
   Pada suatu ketika datanglah seseorang kepada sahabat Rasulullah yang bernama Ibnu Mas’ud r.a ,meminta nasehat  katanya : “wahai Ibnu mas’ud berilah nasehat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tenteram,jiwaku gelisah dan fikiranku kusut,makan tak enak tidurpun tak enak”.
Maka ibnu mas’ud menasehatinya,katanya :  “kalau penyakit itu yang menimpamu maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat,yaitu ketempat orang yang membaca Al-Qur’an ,engkau baca Al-Qur’an atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya ; atau engkau pergi ke majelis pengajian yang mengingatkan hatimu kepada Allah ; atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi disana engkau berkhalwat menyembah Allah,umpama diwaktu tengah malam buta,disaat orang sedangtidur nyenyak engkau bangun mengerjakan sholat malam meminta dan memohon kepada Allah SWT ketenangan jiwa,ketentraman fikiran dan kemurnian hati. Seandainya jiwamu belum juga  terobat dengan cara ini,engkau minta kepada Allah agar diberi-Nya hati yang lain,sebab hati yang kamu pakai itu,bukan lagi hatimu “
Setelah orang itu kembali kerumahnya,diamalkannya nasehat ibnu mas’ud r.a itu. Dia mengambil air wudhu kemudian diambilnyaAl-Qur’an terus dia baca dengan hati yang khusyu,selesai membacaAl-Qur’an  berubahlah kembali jiwanya menjadi jiwa yang tenang dan tenteram,fikirannya jernih,kegelisahannya hilang sama sekali.
Tentang keutamaan dan kelebihan membaca Al-Qur’an ,Rasulullah SAW menyatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh bukhari dan Muslim yang maksudnya demikian : “ Ada dua golongan manusia yang sungguh-sungguh  orang dengki kepadanya,yaitu orang yang diberi oleh Allah kitab suci Al-Qur’an ini,dibacanya siang dan malam, dan orang yang dianugerahi Allah kekayaan harta,siang dan malam kekayaan itu digunakannya untuk segala sesuatu yang diridhoi Allah “
Di dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim pula Rasulullah SAW menyatakan tentang kelebihan martabat dan keutamaan orang membaca Al-Qur’an,demikian maksudnya : “ Perumpamaan orang Mukmin yang membacaAl-Qur’an adalah seperti bunga utrujjah,baunya harum dan rasanya lezat, orang mukmin yang tidak suka membaca Al-Qur’an adalah seperti buah korma, baunya tidak begitu harum tapi manis rasanya, orang munafik yang membaca Al-Qur’an ibarat sekuntum bunga berbau harum tetapi pahit rasanya, dan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an tak ubahnya seperti buah hanzalah,tidak berbau dan rasanya pahit sekali”.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW juga menerangkan bagaimana besarnya rahmatAllah terhadap orang-orang yang membaca Al-Qur’an di rumah-rumah Allah ( masjid,surau,mushola dan lain-lain). Hal ini dikuatkan oleh sebuah hadits yang masyhur lagi shohih yang artinya sebagai berikut : “ kepada kaum yang suka berjamaah di rumah-rumah Allah  membacaAl-Qur’an secara bergiliran dan mengajarkannya terhadap sesamanya akan turunlah kepada ketenangan dan ketentraman akan berlimpah kepadanya rahmat dan mereka akan dijaga oleh malaikat,juga Allah akan selalu mengingat mereka ( diriwayatkan oleh muslim dari abu hurairah )
Dengan hadits diatas nyatalah bahwa membaca Al-Qur’an baik mengetahui artinya ataupun tidak adalah termasuk ibadah,amal sholeh dan mmberi rahmat serta mamfaat bagi yang melakukannya; juga memberi cahaya kepada keluarga rumah tanggatempat Al-Qur’an itu dibaca.Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Anas r.a ,Rasulullah SAW bersabda : “ Hendaklah kamu beri nur/cahaya rumah tanggamu dengan sholat dan dengan membaca Al-Qur’an”.
Didalam hadits yang lain Rasululllah SAW menyatakan tentang membericahaya rumah tangga dengan membaca Al-Qur’an itu. Dalam hadits yang diriwayatkan ole Daru Quthni dari Anas r.a rasulullah SAW memerintahkan : “ perbanyaklah membaca Al-Qur’an dirumahmu sesungguhnya di dalam rumah  yang tak ada orang membaca akan sedikit sekali dijumpai kebaikan dirumah itu,dan akan banyak sekali kejahatan serta penghuninya selalu merasa sempitdan susah “.

Mengenai pahala membaca Al-Qur’an , Ali bin Abi Tholib mengatakan bahwa tiap-tiap orang yang membaca Al-qur’an dalam sholat akan mendapat pahala lima puluh kebaikan untuk tiap-tiap huruf yang diucapkannya,membaca Al-qur’an diluar sholat dengan berwudhu pahalanya dua puluh lima kali kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya dan membaca Al-Qur’an di luar sholat dengan tidak berwudhu pahalanya sepuluh kebaikan bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya”...
Wassalamualaikum Wr.Wb

Jumat, 21 Juni 2013

MENJEMPUT RAHMAT ALLAH SWT.
OLEH
USTAD AGUS TALIK S.Ag

Dalam hidup ini,Allah SWT telah memberikan kepada kita bekalan potensi yang harus digunakan secara optimal di dalam mengarungi bahtera kehidupan sampai menuju akhirnya. Keinginan kita untuk menggapai kehidupan yang baik serta akhirat yang baik dan terbebas dari siksa api neraka merupakan target didalam mencapai akhir darikehidupan ini. Sebagaimana doa kita yang dipanjatkan “ Robbanaa Aatina Fiddunya Hasanah wa Fil Akhirooti Hasanah Waqiinaa ‘adzaa bannaar , Ya Allah bahagiakanlah Kami hidup di dunia dan bahagiakanlah pula Kami di akhirat nanti dan jauhkanlah Kami dari siksa Api neraka “.
Di dalam menggapai cita-cita kebahagiaan tersebut, Allah SWT telah memberikan kepada kita berupa Wahyu,Contoh Teladan dari para Nabi dan Rasul serta akal dan hati kita yang jernih.
Seseorang yang mampu mendayagunakan ketiga potensi tersebut maka ia akan mampu menggapai apa yang ia cita-citakan tersebut. Dengan wahyu ; al-Qur’anul Karim, maka ia akan terbimbing arah dan jalan mana yang harus ditempuhnya. Karena Al-Qur’an itu sebagai petunjuk dan penerang jalan bagi perjalanan hidup manusia. Bahkan Allah SWT juga menurunkan nabi Muhammad  SAW sebagai contoh aplikasi nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan manusia sehari-hari.Allah SWT berfirman :
Sungguh telah ada pada diri nabi Muhammad SAW suri tauladan yang baik bagi kalian semua… “ ( QS Al-Ahzab : 21 )
Dengan akal fikiran dan hati yang telah Allah SWT berikan kepada setiap manusia,maka diharapkan ia mampu memahami langkah-langkah yang harus dilakukan kea rah yang lebih baik tentunya.
Dengan mendayagunakan ke tiga modal tersebut, maka manusia harus segera menapaki kehidupannya, dan ada tiga syarat agar keinginan/cita-cita/obsesi kita dalam mendapat Rahmat Allah SWT terpenuhi, sebagaimana yang Allah SWT sampaikan di dalam Al-Qur’an :
sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang Hijrah dan orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT mereka itulah orang-orang yang mendapatkan Rahmat Allah SWT, dan sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang “ ( QS Al-Baqoroh : 218)
Dari ayat tersebut diatas ada syarat agar kita mampu menjemput Rahmat-Nya, :
Yang pertama, Aamanuu yaitu yakin atau percaya. Seseorang yang akan berhasil dalam menggapai obsesinya yang pertama dia harus yakin bahwa apa yang akan dilakukannya adalah kebaikan maka ia akan berhasil.Keragu-raguan dalam hal menjalankan sebuah pekerjaan maka sebagai tanda kegagalan. Maka dalam Hadits Qudsi dikatakan, bahwa Allah SWT tergantung kepada prasangka hamba-Nya kepadanya. Kalau seseorang tidak yakin dan ragu maka Allah SWT tidak akan menolong bagi hamba yang terhadap dirinya sendiri saja tidak yakin.
Yang kedua, Haajaruu, berhijrah, bergerak,pindah dari satu tempat ketempat yang lain yang lebih baik. Keyakinan saja tidak cukup, harus ada gerak. Harus ada usaha.kalau hanya yakin saja tanpa kita bekerja dan berusaha maka tidak ada hasil. Allah akan menilai kita dari sejauh mana usaha yang kita lakukan, dan Allah SWT tidak merubah nasib kita kecuali kita ada usaha untuk merubah nasib kita sendiri.
Yang ketiga, Jaahaduu, berjuang, kesungguhan. Berusaha juga belum cukup kalau hanya berusahanya tidak optimal. Yang dibutuhkan agar kita berhasil dalam menggapai rahmat Allah SWT adalah usaha yang se optimal dan semaksimal mungkin  yang kita sebut berjihad fi sabilillah. Sebagai cerminan, seorang syekh Abdullah Azzam, yang pada waktu itu sebagai seorang peserta dalam sebuah pelatihan. Diminta oleh panitia untuk berlari memutari lapangan sekuat tenaga yang mereka punyai. Mulailah seluruh peserta berlari, pada putaran yang ketiga ada berhenti karena tidak kuat, ada yang putaran ke empat berhenti dan seterusnya.Tinggalah Syekh Abdullah Azzam seorang diri yang terus berlari terseok-seok karena kelelahan.Seluruh peserta menyarankan agar berhenti namun ia tetap berlari dan akhirnya ia pun roboh...pingsan. Setelah sadar beliau ditanya oleh kawan-kawannya kenapa memaksakan diri hingga pingsan, apa jawab beliau ” Kan perintahnya adalah berlarilah mengitari lapangan sampai sekuat tenaga yang kalian punyai, nah ketika saya pingsan itulah tenaga saya yang terakhir...” subhanallah,kesungguhan beliau yang luar biasa, terkadang kita melakukan usaha atau pekerjaan sudah dianggap optimal dan maksimal padahal kita sebenarnya belum melakukan apa-apa.
Marilah kita sambut rahmat Allah SWT dengan modal yang telah Allah SWT berikan pada kita, dan laksanakan syarat-syaratnya dengan baik maka kita akan berhasil dan Ampunan serta kasih sayang Allah SWT akan menaungi kita,Aamiin ya Robbal ’alamin.

INFO :

JIKA INGIN 5 TAHUN KEDEPAN DI KOTA CIREBON LAHIR PARA HAFIZH/HAFIZHOH ( PENGHAFAL QUR’AN), MARI BANTU DENGAN MENJADI DONATUR BAGI PARA PELAJAR SD DAN SMP DALAM PROGRAM BEA SISWA TAHFIZH QUR’AN. DONASI BISA MELALUI REKENING : 13240100049253 JADILAH ANDA SEBAGAI SALAH DONATURNYA...PAHALA KEBAIKAN MENANTI ANDA SEMUA,JAZAKALLAH KHOIRO JAZA.

Kamis, 20 Juni 2013

Program TUBAHAFAHAM ( Tulis Baca Hafal dan Faham Al Qur'an )

 

Program Tubahafaham ( Baca Tulis Hafal dan Faham Al Qur'an ) yang diselenggarakan Oleh Pesantren Qur'an Kayuwalang dan di dukung Oleh Rumah Qur'an Indonesia ( RQI ) dan di bimbing oleh Ustad Agus Talik S.Ag selaku Pembina Rumah Qur'an Indonesia dan Pengasuh Pondok Pesantren Qur'an Kayuwalang yang bertempat jl. kayuwalang Perjuangan majasem Kel. Karyamulya Kec. Kesambi Kota Cirebon 
s

Acara Pelatihan Da'i / Mubaligh di gedung islamic cetre Kota Cirebon  sebagai Instruktur Utama Ustad Agus Talik S.Ag





Foto Bersama Sesudah Acara Pelatihan Dai / Mubaligh Di Isalmic Cetre  Kota Cirebon
Program Tubahafam ( Tulis Baca Hafal faham Al Qur'an ) Pesantren Qur'an Kayuwalang
Yang dilaksanakan 1 bulan  sekali di minggu kedua tempat di Pesantren Qur'an kayuwalang jl.Kayuwalang Perjuangan Majasem Kel. Karyamulya Kec  Kesambi

Rabu, 19 Juni 2013

Penawaran & Biaya
Program Kegiatan Diklat & Pengajaran Al Qur’an
 


1.       Ceramah Umum / Pelatihan Motivasi / Bimbingan Rohani Islam untuk para Pimpinan & Karyawan Selama bulan Ramadhan 1434 H
2.       Pengajaran Baca Tulis Qur’an ( BTQ ) Untuk para pemula  yang baru belajar  Al Qur’an
3.       Pengajaran Tahsin – Tahfidz Qur’an, untuk tingkat menengah / yang sudah bisa baca Al Qur’an tapi belum lancar Tajwidnya
4.       Pengajaran Tarjimul Qur’an untuk tingkat lanjut / yang sudah mampu & lancar membaca Al Qur’an
5.       Diklat Juru Dakwah / Kursus singkat menjadi Da’i / Mubaligh


Biaya Program Kegiatan
No
Nama Program
Jumlah Peserta
Waktu
Biaya
1.
2.

3.

4.

5.


6.

Program Ceramah Umum
Training Motivasi – Bintal Ruhani Islam
BTQ

Tahsin - Tahfidz

Tarjimul Qur’an


Diklat Da’i / Mubaligh
-
Maksimal 50 Peserta

1 Kelompok 10 Peserta

Minimal 10 Peserta

Minimal 10 Peserta


Minimal 10 Peserta
-
3-4 jam


10kali Pertemuan

10 kali pertemuan

10 kali pertemuan


10 kali Pertemuan
Rp.500.000
Rp. 50.000 / Peserta

Rp. 50.000 / Pertemuan/ Peserta
Rp. 50.000 / Pertemuan/ Peserta
Rp. 50.000 / Pertemuan/ Peserta

Rp. 50.000 / Pertemuan/ Peserta




·         Fasilitas : Buku Paket, Sertifikat, Alat tulis, Map Ekslusif.

Selasa, 18 Juni 2013

TIGA SIKAP MUSLIM TERHADAP AL-QUR’AN
Oleh
Ustadz Agus Talik S.Ag

Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami,lalu diantara mereka ada yang menzholimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan ijin Allah. Yangt demikian itu adalah karunia yang besar ” ( QS Faathir : 32).

Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada manusia jelas memiliki tujuan. Tujuan dan fungsi Al-Qur’an diantaranya adalah sebagai petunjuk baik itu kepada orang-orang yang bertaqwa maupun kepada manusia secara universal, Allah SWT Berfirman :
Alif laam Miim, inilah Kitab Al-Qur’an tidak ada keraguan di dalamnya,petunjuk bagi orang yang bertakwa “ ( QS. Al-Baqoroh : 1-2 )

Ayat yang lain berbunyi :

Al-Qur’an diturunkan pada bulan Romadhon, petunjuk bagi manusia dan penjelas atas petunjuk tersebut dan sebagai furqon/ pembeda antara yang haq dan batil..
( QSAl-Baqoroh : 185)

Bahkan Rasulullah SAW menyatakan dengan tegas agar umat Islam berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunah Rasulullah SAW maka umat Islam tidak akan sesat selama-lamanya.
Penegasan kepada umat Islam agar berpegang teguh kepada Al-Qur’an ini karena memang umat Islam lah diwariskan Al-qur’an ini kepada mereka, sebagaimana firmannya :
Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami...” ( QS Faathir : 32 )  
Namun umat Islam sebagai pewaris Al-Qur’an ini, terbagi menjadi tiga golongan sikap mereka terhadap Al-Qur’an. Sikap mereka adalah :
Yang pertama, adalah Zoolimun linafsihi yaitu menganiaya diri mereka sendiri. Menganiaya diri mereka sendiri maksudnya bahwa mereka sebagai umat Islam diberikan kepadanya Al-Qur’an, tetapi mereka tidak menjadikannya sebagai petunjuk dan pedoman di dalam kehidupan mereka. Malah mereka merasa malu untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan sumber didalam cara berfikir dan bertindaknya. Bahkan ironinya mereka merasa berbangga dengan ideology dan hasil buah pemikiran manusia yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai Al-Qur’an. Mereka telah mengkufuri dan mendustai ayat-ayat Allah SWT sehingga model manusia seperti ini Allah SWT menghukuminya dengan adzab neraka. Firman Allah SWT :
Adapun orang-orang yang  ingkar  dan mendustai terhadap ayat-ayat Allah SWT,maka mereka itulah penghuni neraka dan mereka kekal didalamnya
(QS Al-Baqoroh :39 )
Yang kedua, Muqtasid yaitu kelompok pertengahan. Yaitu umat Islam yang menjadikan Al-Qur’an hanya setengah-setengah didalam pedoman kehidupannya. Terkadang ia melakukan aktivitas yang memang sesuai dengan perintah Allah SWT di dalam Al-Qur’an namun terkadang tidak sedikit ia melakukan tindakan yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai Al-Qur’an. Kalau Al-Qur’an sesuai dengan hawa nafsunya maka ia akan menjalankannya namun kalau al-Qur’an jelas-jelas tidak sesuai dengan nafsunya maka ia akan meninggalkannya. Tekadang ia menjadi orang sholih atau sholihat pada beberapa waktu dan kondisi tetapi dalam situasi dan kondisi tertentu malah ia seolah-olah bukan seperti seorang muslim atau muslimah.
Perilaku yang seperti ini,akan menjadikan kehidupannya tidak akan baik bahkan kenistaan,kesengsaraan,fitnah dan petaka yang akan menimpanya.Sebagaimana Firman Allah SWT :
Apakah kamu beriman kepada sebagian kitab dan ingkar kepada sebagian (yang lain ) ? ..Maka tidak ada balasan yang pantas bagi orang yang berbuat demikian diantara kamu sekalian selain kenistaan dalam kehidupan dunia,dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat,dan Allah tidak lengah terhap apa yang kamu kerjakan “ ( QS Al-Baqoroh : 85 )
Maka boleh jadi ketika saat ini, banyaknya fitnah dinegeri ini; kemiskinan,banyaknya penyakit,bencana alam,pembunuhan dll adalah akibat kita sebagai umat Islam yang terbesar di negeri ini termasuk di dalam kelompok yang setengah-setengah di keIslaman kita. Untuk itu Allah SWT memerintahkan kepada kita agar umat islam benar-benar secara total didalam keislaman mereka,firman Allah SWT :
Wahai Orang-orang yang beriman masuklah kalian kepada Islam secara keseluruhan/totalitas, dan janganlah mengikuti langkah-langkah syetan,karena syetan itu musuh yang nyata bagimu ” ( QS Al-Baqoroh : 208 )
Yang ketiga, Saabiqun  bil khoirot, yaitu berlomba-lomba dalam kebaikan. Sikap inilah yang paling terpuji bagi umat Islam, yaitu menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an yang mereka fahami maka ditindak lanjuti dengan aplikasi amal sebesar-besarnya bahkan arahan al-Qur’an untuk saling berkompetisi secara sehat didalam amal-amal kebaikan. Sebagaimana pernah dicontohkan oleh umar Ibnul Khothob yang menjadikan saudara seimannya Abu baker sshidiq sebagai contoh Kompetitor dalam beramal sholeh,sebagaimana sebuah riwayat ketika Rasulullah SAW meminta para sahabat untuk berinfaq fi sabilillah maka para sahabat pun berinfaq. Usman Bin Affan sepertiga hartanya dikeluarkan untuk perjuangan Islam, Umar pun mengeluarkan setengah hartanya kemudian ia menunggu-nunggu kompetitornya dalam beramal sholeh yaitu abu baker. Ketika Abu baker menghadap Rasulullah Muhammad SAW maka iapun berkata “ Ya Rasulullah, untuk perjuangan di jalan Allah SWT ini maka saya menyerahkan SELURUH harta benda saya untuk perjuangan ini,! “ Subhanallah..ternyata Abu bakar adalah sosok teladan didalam kebaikan Islam. Semoga kitapun termasuk orang-orang yang senantiasa menghidupkan suasana fastabiqul Khoirot di dalan beramal Sholeh.

 Wallahu ‘alam bishowab
JANGAN JADI SEPERTI UMAT BANI ISRAIL

Dan ingatlah ketika kamu berkata: “ Hai Musa kami tidak bisa sabar   (tahan ) dengan satu macam makanan saja.Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayu-mayurnya,ketimunnya,bawang putihnya,kacang adasnya, dan bawang merahnya”, Musa berkata : Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah  sebagai pengganti yang lebih baik? ..pergilah kamu kembali ke sebuah kota (Meshir) pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta”, lalu ditimpakkanlah kepada mereka nista dan kehinaan serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah.Hal itu terjadi karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas “ ( QS Al-Baqoroh : 61)     

Ayat di atas menceritakan sepenggal kisah dari perjalanan dakwah Nabi Musa As . Setelah beliau berhasil mengajak dan mengeluarkan umat bani Israil keluar dari kerajaan Mesir yang dikuasai oleh penguasa Tirani,Fir’aun. Selama 200 tahun lamanya sepeninggal nabi Yusuf As maka umat yahudi dijajah dan dijadikan budak oleh para raja-raja Mesir, maka Nabi Musa As sebagai pelopor kemerdekaan berusaha menyeru umat Yahudi/bani Israil untuk  ” Hijrah ” keluar dari negeri Mesir menuju tempat yang lebih baik yang dijanjikan Tuhan. Dan Allah SWT berjanji akan memberikan pertolongan-Nya selama mereka terus berusaha bergerak menuju tempat penghidupan mereka yang lebih Sejahtera, diantaranya Allah SWT  menaungi mereka supaya tidak kepanasan selama mereka melakukan perjalanan disiang hari dengan menurunkan awan yang teduh yang menanungi seluruh rombongan, menyediakan 12 mata air dimana masing-masing suku memiliki tempat air minumnya masing-masing, diberikan makanan dari syurga yaitu makanan manna dan Salwa. Artinya benar-benar Allah SWT menjamin mereka asal bangsa Yahudi mau berjuang bersama nabinya yaitu nabi MusaAs. Akan tetapi dasar perilaku bangsa Yahudi sejak awalnya memang tidak pandai bersuyur atas nikmat AllahSWT, Tatkala di dalam perjalanan mereka malah menyampaikan sesuatu yang sangat membuat nabi Musa As sangat marah. Mereka menyatakan di dalam ayat diatas : ”   Hai Musa kami tidak bisa sabar (tahan ) dengan satu macam makanan saja..., padahal makanan yang satu macam itu adalah makanan syurga Manna wa salwa semacam makanan yang dilapisi madu serta daging burung. Bahkan yang mereka minta adalah : ”... mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayu-mayurnya,ketimunnya,bawang putihnya,kacang adasnya, dan bawang merahnya...makanan seperti ” Rujak” yang memang hanya ada di tempat mereka dulu yaitu mesir. Sehingga nabi musa As tidak habis fikir diberi makanan syurga yang nilainya tinggi tidak mau tapi malah menginginkan makanan yang nilainya rendah bahkan itu berada ditempat mereka yang memang dalam kehidupan penjajahah/perbudakan. Ungkapan kemarahan musa As ditunjukkan dengan memerintakan kepada merekauntuk kembali ke Mesir lagi saja   
” ... pergilah kamu kembali ke sebuah kota (Meshir) pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta..”.
Akibatnya adalah Allah SWT murka kepada mereka dan memberikan nista dan kehinaan ” ... ”, lalu ditimpakkanlah kepada mereka nista dan kehinaan serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah...”.
Sepenggal kisah umat bani Israil ini hendaklah dapat dijadikan Ibroh pelajaran bagikita selaku umat Islam. Agar kita jangan mengikuti cara-cara mereka dalam melakukan sebuah perjuangan didalam mencapai kehidupan yang lebih baik. Kita harus bertahan di dalam menghadapi ujian hidup dan terus mengharap terhadap rahmat dan pertolongannya, jadilah umat Islam yang sesungguhnya yaitu umat yang siap membantu dan menopang para qiyadahnya yang mukhlishoh/pemimpin yang ikhlas untuk mengantarkan mereka kepada kehidupan yang lebih baik. Sebagaimana para sahabat menyampaikan statemen kepada Rasulullah saat menghadapi perang Badar,perang pertama kalinya ” Wahai rasulullah SAW majulah Engkau berperang, senungguhnya kami akan bertempur bersamamu sampai meraih kemenangan atau Kami mati syahid di dalamnya ”,pemimpin mana yang tidak akan bersemangat ketika pendukungnya berbicara seperti itu, dan jangan seperti ungkapan umat bani israil kepada nabi Musa As ketika negeri yang dijanjikan itu sudah didepan mata tetapi harus direbut dengan berperang melawan penguasa yang zholim ” Wahai Musa dan Harun berperanglah kalian berdua, jikalau kalian kalah maka hanya kalian berdua saja yang mati, tetapi jikalau kalian menang maka kami akan berbondong-bondong akan masuk bersama kalian..”. Semoga kita semua terhindar dari perilaku licik dan kufur seperti kelicikan dan kekufurannya bangsa Yahudi.



Agus Talik S.Ag



MEMPERSIAPKAN GENERASI RABBANI
Oleh :
Ustad Agus Talik S.Ag
Dalam Islam kaum muslimin diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyiapkan generasi berikutnya yang lebih baik. Berdosa bagi kita manakala kita masa bodoh atau membiarkan anak – anak muslim lainnya dalam kondisi lemah. Baik lemah keimanannya, ibadahnya, ilmu pengetahuannya, ekonominya dan sebagianya. Allah SWT berfirman :
‘ Dan hendaklah takut kepada Allah Orang – orang yang seandainnya meninggalkan dibelakang mereka anak – anak yang lemah ( QS. An – Nisa : 9 )
Maka dalam hal ini khususnya para orang tua hendaklah bersungguh – sungguh menyiapkan segala apa saja yang membuat anak – anak kita menjadi kua, bahkan mengupayakan hal tersebut menjadi bernilai pahala JIHAD disisi Allah SWT.
Mengupayakan Pendidikan adalah langkah yang tepat dalam menyiapkan generasi islam yang kokoh. Generasi yang didalam al qur’an memiliki beberapa karakteristik sebagai indikator keberhasilan Out Put sebuah Institusi pendidikan yang terdapat dalam QS Al Maidah : 55 yaitu : Mencintai Allah SWT, mencintai sesama orang beriman / bersaudara karena iman, tegas kepada nilai nilai kekufuran, beramal dan berjuang menegakan nilai – nilai kebenaran dijalan Allah SWT, tidak gentar terhadap tantangan perjuangan.
Menjadikan anak – anak kita generasi muslim / muslinah yag kuat seperti yang nampak tergambar dalam ayat yang diatas, tidaklah mudah dan sangat berat. Inilah yang kita sebut sebagai jihad karena butuh pengorbanan baik pemikiran, tenaga,perasaan dan lain sebagainya. Namaun segala pengorbanan yang kita lakukan akan berbuah menjadi kenikmatan ketika akan muncul generasi islam yang memang tinggal di negara Indonesia tercinta ini yang mampu mengangkat derajat meraka juga bangsa ini kepada kedudukan terhormat baik di pandangan Allah SWT maupun manusia di seantero jagat ini, inilah janji Allah swt : ‘Niscaya Allah akan mengangkat orang – orang yang beriman diantara kamu dan orang – orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat, Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan’ ( QS. Al Mujadalah : 11 ).
Untuk itulah dibutuhkan peran serta yang sangat luas dari seluruh komponen masyarakat islam juga pihjak pemerintah dan legislator ( Anggota Dewan ) yang faham akan pentingnya penyiapan generasi bangsa ini yang lebih soleh dan sholihah.
Allah SWT di dalam Al Qur’an, sampai mengingatkan kepada kita semua bahwa walaupun kita sedang  dalam berperang fisik menghadapi musuh, kita harus tetap mengadakan sebuah proses belajar mengajar : ‘ tidak sepatutnya bagi orang – orang mukmin itu pergi semaunya ( ke medan perang ) mengapa tidak pergi tiap – tiap golongan diantara meraka berapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan pada kaumnya apabila mereka telah kembali padanya supaya itu dapat menjaga diri ’ ( QS. At Taubah : 122 ).
Sehingga akan tercipta di negara ini sebuah masyarakat yang sadar pada pendidikan, masyarakat yang senang untuk melaksanakan aktivitas belajar mengajar, karena itulah masyarakat yang utama, sabda Rasulullah SAW : “ Sebaik – baik di antara kalian adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengjarkanya “ ( HR Bukhori ).

Mari sekarang dukung dan bantu aktivitas menciptakan generasi Qur’ani yaitu generasi Rabbani dimana mereka mengajrkan Al Qur’an dan tetap mempelajarinya, Firman Allah SWT : “ Jadilah kamu seorang yang ROBBANI , yaitu kamu mengjarkan Al Qur’an dan tetap mempelajarinya.